Daily Archives: 24 November 2014

Teater JAB suguhkan pementasan ‘SOFA TUA’

(22/11) Sepasang kekasih sedang berbincang  dirumahnya.

(22/11) Sepasang kekasih sedang berbincang dirumahnya.

Yogyakarta, (POROS). Dalam rangka memajukan karya sastra, Teater JAB menggelar pentas produksinya pada (22/11) di Auditorium kampus I Universitas Ahmad Dahlan (UAD), berjudul SOFA TUA dengan karya Badron NS dan bertema “Akar cinta di keabadian yang istimewa”. Tokoh utama dalam cerita ini berasal dari anggotanya yang semester ‘bawah’ sebagai wujud pembekalan. “Kita benar-benar membekali dengan anak-anak baru, terutama bagi angkatan 2013 kemarin,” ungkap Cahyo Adi Pramono selaku pimpinan produksi.

Kegiatan ini dihadiri oleh Omah Teater Jogja (OM TEJO) dan organisasi internal UAD lainnya seperti HMPS dan IMM UAD serta alumni Teater JAB dari angkatan 2003 hingga 2008. Pementasan yang dimulai pada pukul 19.00 WIB tersebut menceritakan tentang sepasang kekasih yang tetap setia dan harmonis hingga masa tuanya, meskipun mereka tidak memiliki anak. Akar cinta di keabadian yang istimewa sendiri diambil dari filosofi keistimewaan yogyakarta.” Untuk akar yang istimewa itu kita ambil karena Jogjanya. Kita harapkan, mahasiswa UAD Program Bahasa dan Sastra Indonesia tetap memiliki akar-akar penerus, yang selanjutnya bisa meneruskan keistimewaan yogyakarta”, jelas Cahyo.

Tujuan diadakannya pentas teater ini adalah untuk mempererat rasa kekeluargaan dalam Teater JAB dan menjalin silaturahmi antar komunitas teater yang ada di Yogyakarta serta memperjuangkan karya sastra. “Acara ini tidak hanya pementasan saja, melainkan untuk memperjuangkan karya sastra seni dan budaya, terutama di Jogja, dan lingkup mahasiswa UAD “, tambah Cahyo.

Mengenai pentas tersebut Iqbal berharap bahwa untuk regenerasi pertunjukan teater tetap akan berjalan tidak hanya teater JAB, 42, dan Pebei. “saya kira ya seperti itu, toh nanti waktu yang menentukan. Permasalahan pencapaian tadi, kembali lagi bahwa setiap generasi tidak pernah melahirkan generasi yang sama, bisa lebih baik atau bisa lebih hancur”, jelasnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Cahyo, untuk harapan tahun depan teater JAB lebih maju lagi menciptakan karyanya yang lebih bernilai dan bermoral. ” Janganlah menjadi lentera dipagi hari, karena lentera dipagi hari akan sirna dengan matahari yang ada”, tambahnya. (Gilang|ilham)